Minggu, 18 Maret 2012

Pancasila dalam konteks sejarah Bangsa Indonesia

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

          Pancasila sebagai dasar negara RI sebelum disahkan pada tgl 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. 
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai adalah dari bangsa Indonesaia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materials Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Proses permusan  materi pancasila seca formal tersebut dilakukan dalam sidang sidang BPUPKI pertama, sidang panitia 9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia


          Berdasarkan kenyataan itu maka untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila. Selain itu secara epistemologis  sekaligus  sebagai pertanggungjawaban ilmiah, bahwa pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.


    Pada Zaman Kutai


          Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukan prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakana kenduri dan memberi sedekah kepada Brahmana, dan para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terimkasih raja yang dermawan. Masyarkat kutai yg membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya itu menampilkan nilai-nilai politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, sedekah kepada para brahmana.
          Bentuk kerajaan dengan agama sebagai pengikat kewibawaan raja itu tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di jawa dan Sumatra. Dalam zaman kuno (400 - 1500) terdapat dua kerjaan yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerjaan Sriwijaya di Sumatra dan majapahit yang berpusat di jawa


 Zaman Sriwijaya


          Menurut Mr.M.Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerjaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: pertama, zaman sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua, negara Kebangsaan zaman majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama. kemudian ketiga negar Kebangsaan modern yaitu negara Indonesia merdeka (sekarang nega proklamasi 17 Agutus 1945 )
          Pada abad keVII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, di bawah kekuasan wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti kedukan bukit di kaki bukit siguntang dekat palembang bertarikh 605 caka 683 M, dalam bahasa melayu kuno dan huruf palawa.kerajan ini adalah kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya. Kunci-kunci lalu lintas laut di sebelah barat dikuasinya seperti selat sunda (686) kemudian selata malaka (775). Pada zaman itu kerajaan sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan Asia selatan.
Agama dan kebudayaan dikembangkannya dengan mendirikan suatu universitas agama Budha, yang sangata terkenal di negara lain di Asia. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerjaan sriwijaya tersebut yaitu berbunyi "maarvuant vanua Criwijaya  siddhayatra subhiksa ( suatu cita-cita negara yang adil dan makmur)


Zaman Kerajaan-kerajan Sebelum majapahit


        Sebelum kerajaan majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang menerapkan nilai-nilai nasionalsme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke Vlll yang ikut membantu membangun candi kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikaaa di Jawa Tengah bersama dengaaa dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX)
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur mun­culah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke 1X), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga kerajaan Airlangga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama Budha_ agarna Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai (Toyibin. 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Be.nggala. Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlangga menga­lami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para pengi­kutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga merintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat yang merupakan niiai-nilai sila kelima (Toyibin, 1997: 28.29).
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1293, berdirilah kerajaan Majapalait yang mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih  Gajah Mada yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan Empu Prapanca menui's Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah "Pancasila" Empu Tantular mengarang buku :Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai selogan persatuan nasional yaitu "Bhineka Tunggal Ika  yang bunyi lengkapnya "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua ", artinya walaupun berbeda, namun satu jua adnya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada kekusaannya yaitu Pasai justru telah memeluk agama Islam. Toleransi positif dalam bidang agama dijunjung tinggi.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh "Patih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331 , yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut: 'Saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa jika seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jika Gurun, Seram, Tanjung. Haru, Pahang, Dempo. Bali. Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalhkan (Yamin. 1960 -.60).

Zaman Penjajahan


Setelah Majapahit runtuh pada pernulaan abad XVI maka berkem­banglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang pula kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.
Bangsa asing  yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang adalah orang-orang bangsa Portugis. Namun lama kelamaan bangsa Portugis mempertunjukkan peranannya dalam perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh portugis
       Pada akhir abad ke XVl bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghindarkan. persaingan di antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C., ( Verenigdee Oost Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah 'Kumpeni'
Pada abad itu sejarah mencatat bahwa beIanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Mereka ingin membulatkan hegemoninya sampai kepelosok-pelosok nusan­tara kita. Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersabut maka mele­daklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain : Pati­muara di Maluku (1817). Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-I837). Pangeran Dipanegoro di Jawa Tengah (1825-­I830), Jlentik, Polim, Teuku Tjik di Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh (1860)
Penghisapan mulai memuncak ketika belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-I870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli lagi dengan ratap penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk mem­perbanyak kekayaan bangsa Belanda.

Kebangkitan Nasional


Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898), yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan SunYat Sen dengan republik Cinanya (1911). Partai Konggres di India dengan tokoh Tilak dan Gandhi, aclapun d i Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebang: kitan nasional (1908) dipelopori oleh dr.': Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang merupakan pelopor pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu mun­culah organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi perge­rakan nasional itu antara lain : Sarekat Dagang Islam (SDI) (1909), yang kemudian dengan cepat mengubah-bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) tahun (1911) di bawah H.O.S. Cokroaminota.
Berikutnya munculah Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, Suwardi Surya­ningrat (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro). Sejak semula partai ini menunjukkan keradikalannya, sehingga tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya dibuang ke luar negeri (I9I3).
Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah Partai Nasiasional Indonesia ' (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangun­kusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah kini perjuangan nasional In­donesia dititikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. tujuan itu diekspresikannya dengan kata-kata yang Jelas. kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain: Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto. serta tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan nasional kemudian diikuti dengan Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya satu Bahasa , satu Bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuk­nya dengan Partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan PNl baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan kemer­dekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER (SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL)

PERTEMUAN KEDUA SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL  SMKN 1 CARIU Tahun Ajaran 2020/2021 "LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER"...