CULTURAL SHOCK
Cultural shock adalah kecemasan
yang terjadi secara berlebihan ketika berada di kebudayaan luar. Orang yang
mengalami cultural shock biasanya terjadi pada saat dia berimigrasi, atau pada
saat bertemu kebudayaan baru. Dia merasa cemas yang berlebihan karena
kebudayaan tersebut berbeda dengan kebudayaan dia sebelumnya.
Tahap-tahap cultural shock ada
empat, yaitu:
1.
Harapan yang besar
Dalam tahap ini seseorang memasuki sesuatu yang baru. Seseorang cenderung
memiliki harapan-harapan yang besar pada saat baru bertemu dengan kebudayaan
baru dan orang-orang baru.
2.
Semua begitu indah
Dalam tahap ini seseuatu yang baru terasa menyenangkan. Setelah memiliki
harapan yang besar, ia merasa bahwa semua yang baru menyenangkan dan bahkan
seseorang kadang dapat melupakan kehidupan lamanya, karena merasa asyik dengan
budaya baru dan orang-orang baru.
3.
Semua tidak menyenangkan
Mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Setelah meloewati tahap semua
begitu indah, seseorang akan mengalami semua tidak menyenangkan. Dia baru
mengetahui baik buruknya budaya baru dan orang-orang baru, sehingga ia mengalami
saat yang tidak menyenangkan.
4.
Semua berjalan lancar
Setelah mengalami kehidupan yang baru, dan mengamati kebudayaan baru,
seseorang mulai bisa beradaptasi dengan baik dan kehidupannya berjalan lancar.
Berbeda dengan
tahap, ada juga empat fase dalam cultural shock, yaitu:
1.
Fase honeymoon
Selama periode ini, perbedaan antara
budaya lama dan baru terlihat dalam cahaya yang romantis. Misalnya,
seorang individu pindah ke tempat baru, mungkin dia menyukai makanan baru, laju
kehidupan, dan kebiasaan penduduk setempat. Selama beberapa minggu pertama,
kebanyakan orang terpesona oleh budaya baru. Mereka bergaul dengan warga
negara yang berbicara bahasa mereka, dan yang sopan untuk orang asing. Periode
ini penuh dengan pengamatan dan penemuan-penemuan baru.
2.
fase Negosiasi
Setelah beberapa waktu (biasanya sekitar
tiga bulan, tergantung pada individu), perbedaan antara budaya lama dan baru
menjadi jelas dan dapat menciptakan kecemasan. Semangat akhirnya dapat
memberikan cara untuk menyenangkan perasaan frustrasi dan kemarahan. Hambatan
bahasa, perbedaan mencolok dalam kesehatan masyarakat, keselamatan lalu lintas,
aksesibilitas dan kualitas makanan dapat meningkatkan rasa pemutusan dari
sekitarnya.
Perubahan yang paling penting dalam
periode ini adalah komunikasi. Orang menyesuaikan diri dengan budaya baru
sering merasa kesepian dan rindu karena mereka belum terbiasa dengan lingkungan
baru dan bertemu orang-orang dengan siapa mereka tidak akrab setiap hari. Hambatan
bahasa dapat menjadi suatu hambatan yang besar dalam menciptakan hubungan baru.
3.
fase
Penyesuaian
Sekali lagi, setelah beberapa waktu
(biasanya 6 sampai 12 bulan), tumbuh terbiasa dengan budaya baru dan
mengembangkan rutinitas. Seseorang menjadi peduli dengan hidup seperti
biasa lagi, dan hal itu menjadi lebih "normal". Seseorang mulai
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah berurusan dengan budaya dan mulai
menerima cara-cara budaya dengan sikap positif. Budaya mulai masuk akal,
dan reaksi negatif dan tanggapan terhadap budaya berkurang.
4.
fase Penguasaan
Pada tahap penguasaan seseorang mampu
berpartisipasi penuh dan nyaman dalam budaya lokal. Penguasaan bukan
berarti konversi total, orang sering membuat banyak ciri dari budaya mereka
sebelumnya, seperti aksen dan bahasa.
Culture Shock terbalik
Culture Shock terbalik (alias "Re-entry Shock",
atau "kejutan budaya sendiri") dapat terjadi kembali ke budaya rumah
seseorang setelah tumbuh terbiasa dengan yang baru dan dapat menghasilkan efek
yang sama seperti dijelaskan di atas. Ini
hasil dari konsekuensi psikosomatis dan psikologis dari proses penyesuaian
dengan budaya primer. Orang yang merasakan sering menemukan bahwa hal ini lebih
mengejutkan dan sulit untuk menangani dari kejutan budaya asli.