Selasa, 26 November 2013

Analisis Wacana Kritis (CDA)

Analisis Wacana Kritis

a.       Pengertian
Michael Stubbs dalam Slembrouck (Slembrouck, 2006)  menyatakan bahwa wacana memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut, (a) memberi perhatian terhadap penggunaan bahasa (language use, bukan language system) yang lebih besar daripada kalimat atau ujaran, (b) memberi perhatian pada hubungan antara bahasa dengan masyarakat dan (c) memberi perhatian terhadap perangkat interaktif dialogis dari komunikasi sehari-hari. Slembrouck juga menekankan bahwa analisis terhadap wacana tidak memandang secara bias antara bahasa lisan atau tertulis, jadi keduanya dapat dijadikan objek pemeriksaan analisis wacana.
Crystal dan Cook dalam Nunan (Nunan, 1993) mendefinisikan wacana sebagai unit bahasa lebih besar daripada kalimat, sering berupa satuan yang runtut/koheren dan memiliki tujuan dan konteks tertentu, seperti ceramah agama, argumen, lelucon atau cerita. Nunan melihat unsur-unsur keruntutan dan koherensi sebagai hal yang penting untuk menilai sebuah wacana. Sementara Lubis (Lubis,1994) mendefinisikan wacana sebagai 'kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis atau diucapkan atau dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda.
Berkembangnya studi wacana atau analisis wacana dalam ranah linguistik ini merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap mazhab linguistik formal struktural yang cenderung lebih terpaku pada sistem kebahasaan terhadap unit mikro seperti imbuhan, kata, frasa, klausa dan kalimat, dan kurang peduli terhadap penggunan bahasa (language use). Padahal makna sering tidak bisa dipahami secara komprehensif dalam kata, klausa atau kalimat yang terpilah dari konteksnya. Makna sering harus dilihat dalam unit yang lebih besar dan luas seperti percakapan, dan harus mempertimbangkan konteks.
Istilah wacana yang digunakan dalam Critical Discourse Analysis (CDA) yang dikembangkan para ahli linguistik sosial seperti Norman Fairclough, Teun van Dijk, Ruth Wodak memiliki pemahaman yang berbeda dari pemahaman di atas. Dalam konteks ini wacana dimaknai sebagai pernyataan-pernyataan yang tidak hanya mencerminkan atau merepresentasikan melainkan juga menkonstruksi dan membentuk entitas dan relasi sosial.
Dalam studi ideologi dan relasi kekuasaan kita sering harus mempersoalkan wacana yang berkembang agar dapat memahami ideologi tersebut secara maksimal. Menurut Van Dijk (Dijk,2000) ideologi membawa pengaruh terhadap wacana, dan wacana berperan penting dalam pembentukan ideologi. Pemahaman terhadap ideologi dengan demikian harus disertai dengan pemahaman terhadap wacana seperti apa yang telah berperan dalam membangun ideologi tersebut.
Kata kritis (critical) dalam CDA membawa konsekuensi yang tidak ringan. Pengertian kritis di sini bukan untuk diartikan secara negatif sebagai menentang atau memperlihatkan keburukan-keburukan dari subjek yang diperiksa semata. Kata kritis menurut Wodak hendaknya dimaknai sebagai sikap tidak menggeneralisir persoalan melainkan memperlihatkan kompleksitasnya; menentang penciutan, penyempitan atau penyederhanaan, dogmatisme dan dikotomi. Kata kritis juga mengandung makna refleksi diri melalui proses, dan membuat struktur relasi kekuasaan dan ideologi yang pada mulanya tampak keruh, kabur dan tak jelas menjadi terang. Kritis juga bermakna skeptis dan terbuka pada pikiran-pikiran alternatif (Wodak, 2007).

b.      Metodologi
Analisis wacana merupakan teori atau metode analisis yang banyak menggunakan teknik interpretasi. Pada tingkat lanjut interpretasi yang dilakukan mengacu pada model dekonstruksi yang dikembangkan Derrida, yakni model pembacaan yang yang dilakukan guna menunjukkan apa yang terkubur atau tersembunyi di balik ujaran. Karena bersifat interpretatif maka reliabilitas dan validitas analisis sering dipertanyakan. Tetapi reliablilitas dan validitas ini bisa dipertanggungjawabkan melalui logika dan rasional dari argumen-argumen yang dihasilkan. Dengan kata lain validitas penelitian tergantung pada kualitas logika analisis serta kualitas retorik dari argumen yang digunakan peneliti dalam membahas data.
CDA juga bersifat eksplanatif atau menjelaskan bukan sekadar deskriptif, sehingga peneliti tidak boleh terjebak dalam analisis yang bersifat superficial atau kulitan. Antaki et al memerinci beberapa kelemahan metodologis CDA yang sering ditemukannya dalam laporan hasil penelitian atau tulisan dalam jurnal ilmiah. Di antara kelemahan-kelemahan metodologis tersebut adalah perancuan antara analisis wacana dengan peringkasan atau deskripsi wacana, minimnya penjelasan terhadap kutipan wawancara, dan keberpihakan dalam melakukan analisis.

c.       Tujuan
Melalui CDA peneliti dapat mengajak masyarakat untuk melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ontologis dan epistemologis tentang hal-hal yang diproblematisasikan.
Agenda utama CDA adalah mengungkap bagaimana kekuasaan, dominasi dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi atau dilawan oleh teks tertulis maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis. Dengan demikian CDA mengambil posisi non-konformis atau melawan arus dominasi dalam kerangka besar untuk melawan ketidakadilan sosial.
Fairclough dan Wodak (Fairclough & Wodak, 1997: 270)  mengidentifikasi karakteristik CDA sebagai berikut:
-          Memberi perhatian pada masalah-masalah sosial;
-          Percaya bahwa relasi kekuasaan bersifat diskursif, atau mengada dalam wacana;
-          Percaya bahwa wacana berperan dalam pembentukan masyarakat dan budaya;
-          Percaya bahwa wacana berperan dalam membangun ideologi;
-          Percaya bahwa wacana bersifat historis;
-          Memediasikan hubungan antara teks dan masyarakat siosial;
-          Bersifat interpretatif dan eksplanatif;
-          Percaya bahwa wacana merupakan suatu bentuk aksi sosial.


Melalui CDA, peneliti berusaha mengungkap motivasi dan politik yang berada di balik argumen-argumen yang membela atau menentang suatu metode, pengetahuan, nilai, atau ajaran tertentu. Melalui upaya-upaya itu CDA berkeinginan untuk membangun informasi dan kesadaran yang lebih baik akan kualitas atau keterbatasan dari masing-masing metode, pengetahuan, nilai, atau ajaran tersebut.

Jumat, 08 November 2013

CERITA SMA

"Putih Abu-abu" begitulah orang seering bilang masa SMA. Masa dimana saya mulai menemukan kehidupan baru, sahabat-sahabat baru, kenakalan-kenakalan baru, dan mulai mencari jati diri. Masa ini adalah masa paling menyenangkan, mulai bandel2nya, seragam mulai dikecilin, main kesana-kemari tak tau waktu, masa dimana punya pacar yang lumayan lucu kisahnya... hahahhaha ...

Ini adalah salah satu kenanganku pas masih SMA : cerita SMA

Minggu, 03 November 2013

SINOPSIS DAN TREATMEN

1.  Pengertian Sinopsis
Pengertian sinopsis menurut Dr. Gorys Keraf adalah ringkasan atau summary atau prĂ©cis yang paling efektif dalam menyajikan suatu karangan yang panjang menjadi bentuk pendek.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinopsis merupakan ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya dimunculkan bersamaan dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis tersebut. Sinopsis secara garis besar adalah abstraksi, ringkasan atau ikhtisar karangan.
Sinopsis adalah Alur cerita yaitu penjelasan bagaimana alur cerita suatu drama film, suatu film yang dijelaskan dalam bentuk tulisan yang jelas sehingga pemain maupun penonton memahami jalannya cerita serta produsen memahami isi dari cerita tersebut.
Dapat juga dijelakan bahwa sinopsis adalah ringkasan cerita dari alur cerita yang panjang yang dapat dijelaskan dengan jelas dari alur cerita tersebut. Adanya sinopsis adalah untuk meningkatkan kemampuan seorang penulis agar lebih baik dan lebih terarah dari alur ceritanya.
Suatu sinopsis yang berkualitas adalah suatu rangkaian ringkasan yang singkat namun mampu menjelaskan cerita secara keseluruhan, sehingga meski hanya singkat, orang akan lebih mudah memahami alur cerita yang sesungguhnya.
Jangan membuat sinopsis yang memutar balikkan cerita karena ini tentu saja akan membuat si pembaca akan merasa bingung dengan jalannya cerita. Suatu cerita dalam film atau drama bila dikemas secara terarah maka drama tersebut akan mudah dinikmati oleh penontonnya. Buat start dan proses yang baik hingga ending cerita yang jelas sehingga penonton tidak dibuat terkatung-katung.
Sinopsis juga merupakan cerita dasar, penilaian terhadap cerita dasar sesuai dengan tujuan produksi, dikaitkan dengan prediksi potensi dana produksi dan potensi penonton sebagai khalayak sasaran. Prediksi dana produksi selain menyangkut jaminan arus dana, yang tidak kalah pentingnya adalah adanya fisibilitas dalam pengembalian modal. Mungkin ada produser yang tidak menuntut pengembalian modal, misalnya pemerintah atau pribadi dan badan yang memiliki program sosiokultural.
Jika didapat penyandang dana semacam ini tentunya akan menjadi berkah bagi produser. Namun demikian tetap perlu dilakukan prediksi potensi penonton. Ini bertolak dari kesesuaian cerita dengan kecenderungan sosiografis dan psikografis khalayak yang akan dituju (target audience). Penilaian ini dilakukan oleh produser yang mengenali khalayak sasarannya atau memiliki misi ideal yang ingin diwujudkannya. Dengan kata lain, suatu cerita dapat dilihat dari sisi kesesuaian dengan motif penonton yang akan dijadikan khalayak sasaran, atau bertolak dengan kesesuaian idealisme kebudayaan dari produser. Sisi manapun yang menjadi dasar bertolak, pilihan cerita tetap menggunakan kriteria enak ditonton.
Sering orang menganggap sinopsis merupakan ringkasan cerita. Ini memang tidak salah, tetapi belum memberikan gambaran yang relevan tentang fungsi suatu sinopsis cerita. Sinopsis suatu cerita bukan sekadar ringkasan cerita. Lantas apa? Sinopsis adalah usulan untuk pengembangan tema. Jadi ada tema tertentu yang dianggap menarik, dan si penulis merasa perlu memperkembangkan sebagai cerita. Untuk itu dia perlu memberi gambaran mengapa tema itu dianggap menarik untuk dikembangkan sebagai cerita. Sebagaimana diketahui, tema adalah pokok pikiran yang akan menjadi sari cerita, dan mengandung pesan moral (sesuai dengan misi penulis).
Dalam menulis sinopsis, penulis perlu memberikan gambaran unsur-unsur dalam ceritanya kelak yang dianggap mengandung nilai dramatik. Karenanya, dalam menulis sinopsis, perlu dirumuskan lebih dulu tema yang mendasari cerita. Selanjutnya tuliskan unsur-unsur yang dianggap dapat melahirkan kejadian-kejadian yang bakal membangun suasana dramatik.

Unsur-unsur yang perlu digambarkan itu adalah:
·         Karakter tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita.
Tokoh-tokoh seperti apakah yang akan bertemu dalam cerita yang akan ditulis? Jika sosok tokoh ini sudah jelas, dapat dituliskan pula:
-          Bagaimanakah motivasi tokoh-tokoh itu?
-          Hambatan-hambatan apakah yang dialami oleh tokoh-tokoh itu dalam memenuhi motivasinya? Apakah sebabnya motivasi itu terhambat?
·         Kejadian-kejadian yang dianggap dramatik dalam interaksi para tokoh dalam cerita. Tentu saja tidak perlu menuliskan kejadian-kejadian secara detail, sebab itu disediakan untuk treatment. Sedang di dalam sinopsis cukup menuliskan kejadian-kejadian pokok saja, untuk meyakinkan bahwa tema itu memang menarik andaikata sudah menjadi cerita kelak.
·         Tempat dan waktu (masa/zaman) cerita berlangsung juga perlu dituliskan dalam sinopsis, agar diperoleh gambaran bagaimana hubungan manusia-manusia yang diceritakan itu dengan tempat dan masa kejadian berlangsung.
Untuk enak ditonton, setiap cerita dituntut memiliki kekuatan dramatik. Suasana dramatik tidak mungkin tertangkap melalui sinopsis atau cerpen. Sinopsis hanya merupakan deskripsi tema yang ingin dijadikan cerita. Begitu pula tangga dramatik suatu cerpen misalnya, biasanya hanya satu kali, menjelang akhir. Tangga dramatik yang bertingkat hanya dapat ditangkap melalui novel. Namun ada perbedaan novel dengan media audio-visual. Perbedaannya pada medium yang digunakan, film menggunakan medium gambar dan suara. Sedangkan cerpen dan novel menggunakan medium teks.
Karenanya setiap produser hanya dapat membahas prediksi bagi bakal produksinya jika sudah ada kejelasan cerita melalui treatment dan skenario. Melalui treatment dapat diketahui suasana dan tangga dramatik cerita, sementara dari skenario dapat diprediksi biaya dan waktu yang diperlukan untuk berproduksi.
Kalau film yang akan digarap berdasarkan dari gagasan yang dimulai dengan penentuan tema, maka Sinopsis merupakan pengembangan dari Dasar Cerita. Sinopsis kurang lebih adalah ringkasan cerita yang berisi:
1.      Garis besar jalan cerita.
Meski cerita diuraikan secara ringkas, namun harus memperlihatkan alur cerita yang jelas.
2.      Tokoh protagonis
Tokoh protagonis harus dijelaskan siapakah dia? Apa keinginannya? Apa kejelekannya? Kelebihannya? Bagaimana membuat simpati padanya?
3.      Tokoh antagonis.
Tokoh Antagonis harus dijelaskan siapa dia? Kenapa dia harus menghambat tokoh protagonis? Apa alasannya? Apa kemampuannya untuk membuat penonton antipati?
4.      Tokoh penting yang menunjang plot utama/jalan cerita utama.
Tokoh-tokoh yang penting untuk menunjang plot utama atau alur utama. Teman Protagonis atau Antagonis. Penggambaran tokoh ini sudah harus jelas ketika tokoh ini membuat bagian penting dalam bergulirnya sebuah cerita.
5.      Problem Utama
Harus terlihat problem utama yang melahirkan alur utama cerita. Problem utama itulah yang membuat sasaran perjuangan protagonis sampai akhir.
6.      Motif utama.
Penilaian atas motif utama sejalan dengan problem utama, yakni apakah motif utama mendorong protagonis melahirkan cerita memang sesuai dengan problem utama yang melahirkannya.
7.      Klimaks dan Penyelesaian
Pencapaian klimaks merupakan hal yang amat penting untuk dinilai karena klimaks adalah puncak dari tangga dramatik. Jika diandaikan klimaks harus berada tepi tebing yang curam dan sangat berbahaya. Alur cerita harus membawa protagonis ke arah tebing yang berbahaya!
8.      Kesimpulan
Apa yang ingin disampaikan dalam cerita harus bisa disimpulkan dalam sinopsis. Jika dalam sinopsis belum bisa disimpulkan maka perlu ada tambahan informasi yang jelas.

Syarat-syarat Penyusunan Sinopsis
Dalam mempersiapkan sinopsis, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. 
Pertama, penulis sinopsis harus sudah selesai membaca atau menyimak karya yang akan dibuat sinopsisnya. Pastikan sudah memahami betul inti cerita dan alurmya. 
Kedua, dalam menulis sinopsis jangan lupakan unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam karya.
Masih ingat dengan kelima unsur instrinsik cerita?
1.      Tema.
Inti yang menjadi dasar cerita. Dalam sinopsis, unsur ini bisa dihadirkan di awal atau di akhir dengan mengutip tulisan dalam karya tersebut.
2.      Alur.
Nama lainnya adalah plot, merupakan urutan jalannya cerita yang terlihat menyatu dan terdapat hubungan sebab-akibat di dalamnya. Alur memiliki tingkatan, yaitu tahap perkenalan masalah, penanjakkan laku, klimaks, anti klimaks, dan penyelesaian masalah. Dalam sebuah sinopsis, alur menjadi bagian paling penting yang tidak boleh dihilangkan karena mampu memperjelas jalannya cerita secara keseluruhan. 
3.      Penokohan.
Pencitraan tokoh atau karakter dalam cerita. Sinopsis memunculkan sang tokoh sentral dan beberapa karakter pendukung lebih fokus agar pembaca tertarik untuk melanjutkan menyelami karya tersebut.
4.      Latar.
Dalam bahasa film dikenal dengan setting, merupakan penanda waktu, suasana, tempat dan korelasi semuanya dengan cerita. Sinopsis sedikit banyak turut menyelipkan unsur ini.
5.      Point of view atau sudut pandang tokoh adalah cara penulis menyebutkan tokoh. Terdapat beberapa sudut pandang yang biasa dipakai, yaitu orang pertama tunggal 'aku', orang ketiga tunggal 'dia' sebagai Yang Maha Tahu dan campuran 'ku' dan 'dia'. Dalam sinopsis, yang dipakai biasanya adalah sudut pandang 'dia'.
Ketiga, sinopsis harus dibuat sejujur-jujurnya, sesuai isi ceritanya atau berdasarkan fakta karyanya. Kalau pun ingin menambah pendapat sendiri, usahakan tidak menggunakan bahasa yang menyinggung, mengkritik dengan pedas, dan keluar dari cerita.
Keempat, perlu diingat, sinopsis tentu sangat berbeda dengan resensi. Sinopsis dibuat sesuai karya aslinya dengan cara membuat précis yaitu kesimpulan atau ringkasan. Sedangkan resensi dibuat mirip sinopsis dengan menambahkan pendapat penulis resensi mengenai kekurangan dan kelebihan isi buku atau film. Prinsip resensi adalah untuk mengulas lebih dalam suatu karya.
Kelima, sinopsis langsung dibuat tanpa perlu diawali dengan: "Menurut penulis..." atau "Berdasarkan pengamatan penulis...".
Keenam, berlatihlah menulis sinopsis dengan mulai membaca buku lalu membuat ringkasannya. Pelajari pula contoh-contoh sinopsis yang sering ada di cover belakang buku. Atau menonton film kemudian menceritakannya kembali dan menuangkannya ke dalam sebuah tulisan singkat.

Metode Membaca
Dalam proses pembuatan sinopsis diperlukan tahap membaca dengan saksama agar tulisan yang kita buat sesuai dengan fakta cerita pendek atau novel. Membaca memiliki tujuan. Tujuan utama di sini adalah untuk mendapatkan intisari cerita berbentuk sinopsis.
Tujuan membaca secara garis besar adalah untuk memperoleh informasi dari suatu bacaan, memperoleh kesenangan atau hiburan, mengetahui apa yang sedang terjadi atau sedang tren melalui membaca koran dan buku fiksi atau non fiksi, membandingkan satu karya dengan karya lain, memperoleh kenikmatan emosi, mendapatkan pemahaman, dan mengisi waktu luang.
Teknik membaca cepat memiliki beberapa pendekatan, yaitu sebagai berikut.
a.       Survey, melihat sekilas isi buku seperti cover buku, judul buku, lalu membuka cepat halaman demi halaman untuk melihat sub bab dan bagian-bagian penting isi buku. 
b.      Question, sambil melakukan survey, Anda bisa sekaligus melakukan analisa terhadap isi buku seperti melontarkan pertanyaan,"mengapa begini" dan "apa saja yang mendasari hal tersebut".
c.       Read, mulailah membaca secara keseluruhan dengan jeda di setiap bab yang selesai dibaca. Jeda ini dilakukan untuk memperoleh intisari bacaan.
d.      Refleksi, tahap ini dilakukan dengan menceritakan kembali ide-ide utama dalam satu bab tersebut, tentu saja dengan gaya bahaya sendiri. Tahap refleksi bertujuan untuk memahami isi bacaan bukan sekadar tahu dan ingat sesaat.
e.       Review, ini adalah tahap dimana Anda me-recall apa yang sudah Anda baca dengan melakukan survei kembali, yaitu melihat sekilas bagian-bagian terpenting dalam satu bab dan bab-bab berikutnya. Review dilakukan untuk memahami isi buku secara keseluruhan, bukan hanya per bab.

Langkah-langkah Penyusunan Sinopsis
Sinopsis yang hanya terdiri dari seperlima bagian dari keseluruhan isi buku atau film dapat disusun berdasarkan tahapan berikut.
·         Bacalah buku sambil menggarisbawahi ide pokok. Setelah didapat ide pokoknya, lalu pindahkan ke dalam catatan dan mulailah kembangkan sendiri ide pokok dengan gaya bahasa sendiri.
·         Bacalah buku per bab secara berulang-ulang.
·         Buatlah sinopsis sederhana dengan menggunakan kalimat tunggal atau sederhana. Bila memungkinkan, gunakan kalimat majemuk yang lebih kompleks agar bisa didapat intisari dalam satu pemahaman.
·         Bila ada kalimat yang terlalu kompleks, sederhanakanlah agar sinopsis bisa menjadikannya lebih mudah untuk dipahami. Bila kalimat tersebut dirasa tidak bisa disederhanakan lagi, maka ambillah agar sesuai dengan keaslian isi buku.
·         Tokoh sentral dalam karya tersebut disebut sebanyak beberapa kali dengan mempertimbangkan fungsinya bersama dengan tokoh pendukung hingga menjadi satu kesatuan ide cerita yang menarik. Ingat sinopsis adalah karya tersebut dalam bentuk ringkasan.
·         Sinopsis film dapat dibuat dengan mengandalkan audio visual kita. Perhatikan alur cerita, tokoh-tokohnya dan detil-detil film. Bisa jadi hal-hal simpel dalam adegan suatu film menjadi hal terpenting atau kunci cerita. Foreshadowing adalah istilah yang digunakan untuk menyebut detail dalam film dari hal kecil tersebut.

2.   Tujuan Sinopsis
Sinopsis memiliki arti penting dalam pembuatan skenario, yaitu sebagai pijakan. Kita akan kesulitan membuat skenario apabila kita tidak tahu sinopsis ceritanya. Akan sama sulitnya kita akan membuat sinopsis apabila tidak mempunyai ide cerita.
Apabila  kita membuat film bukan film lepas (FTV/layar lebar), melainkan sinetron, maka selain menyiapkan sinopsis global, kita juga harus menyiapkan sinopsis per episode yang tentu saja lebih detail dibanding dengan sinopsis global.
Tujuan utama sinopsis adalah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan menentukan persetujuannya. Setelah sinopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, perwatakan pemain, tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas sinopsis.
Tujuan lain dibuatnya sinopsis adalah untuk memberikan informasi terpenting dari sebuah karya kepada pembaca atau penikmatnya dalam format yang lebih singkat sehingga mereka dapat dengan mudah mengetahui intisari cerita. Sinopsis hanya dibuat sebanyak satu sampai tiga halaman.

3.  Pengertian Treatmen
Treatment adalah pengembangan jalan cerita dari sebuah sinopsis yang di dalamnya berisi plot secara detail namun cukup padat. Treatment bisa diartikan sebagai kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik. Dalam bentuk sketsa ini kita akan mudah memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat.
Treatment merupakan deskripsi setiap adegan untuk menampilkan alur cerita atau uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis yang dikembangkan dari sinopsis, melainkan dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan.
Treatmen perlu dibuat, walaupun cerita berasal dari novel yang sudah terbentuk plot dan alur ceritanya. Dengan adanya treatment, analisis dapat dilakukan lebih tajam dan efisien. Pertimbangannya dilakukan melalui urutan adegan yang terdapat dalam naskah treatment, dapat berfungsi untuk:
a.       Menilai hubungan logis rangkaian adegan dalam alur cerita
b.      Menilai potensi tangga dramatik dari urutan adegan dalam alur cerita.
c.       Bahan utama menyusun skenario (Adegan adalah satuan peristiwa yang memuat motif dan tindakan manusia baik sendiri maupun dalam berinteraksi dengan manusia lain).
Dengan kata lain, treatment akan mendeskripsikan kejadian dalam susunan logis sesuai dengan urutan cerita. Melalui treatment dapat diikuti kejadian kejadian yang berlangsung, sehingga dapat diketahui plot cerita. Dari sinopsis yang sudah memberikan gambaran mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam cerita kelak, penulis mengembangkan kejadian-kejadian untuk mewujudkan cerita yang sudah memiliki struktur.
Dalam suatu treatment tidak perlu dituliskan percakapan tokoh. Kecuali jika penulis menganggap ada percakapan kunci yang sedemikian pentingnya, kalau tidak dicantumkan orang tidak bisa menangkap plot cerita misalnya, barulah perlu menuliskan dialog atau monolog tokoh-tokoh. Tetapi kalau masih bisa dihindari, lebih baik tidak menuliskan dialog, agar bisa berkonsentrasi memikirkan kejadian-kejadian melalui tindakan tokoh-tokoh cerita.
Dengan menguraikan secara berurutan tindakan-tindakan penting, untuk memperoleh gambaran mengenai kejadian yang dramatik. Jika penulis dapat mengimajinasikan tindakan-tindakan yang dapat ditangkap secara visual, maka pengwujudan dalam media televisi dan film kelak akan lebih gampang.
Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a.       Urutan dalam video sudah makin jelas
b.      Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaimana pokok dialognya) atau narasi (bagaimana pokok narasinya),
c.       Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk teknis yang diperlukan.
Treatmen juga merupakan pembabakan. Sebuah film umumnya terdapat tiga babak. Sinopsis itu harus dipecah ke dalam tiga babak ini.
-          Babak pertama sebagai pengenalan setting, tokoh, dan awal masalahnya.
-          Babak kedua sebagai bagian berkecamuknya masalah.
-          Babak ketiga sebagai penyelesaiannya.
Yang tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts structure). Ada juga yang disebut struktur sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan dari yang tiga babak. Yang sembilan babak ini terdiri dari:
-          Babak 1: kejadian buruk menimpa orang lain.
-          Babak 2: pengenalan tokoh utama (protagonis).
-          Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlibat/dilibatkan kepada masalah orang lain pada babak 1.
-          Babak 4: protagonis dan antagonis
-          Babab 5: protagonis berusaha keluar dari masalah
-          Babak 6: protagonis salah mengambil jalan
-          Babak 7: protagonis mendapat pertolongan
-          Babak 8: protagonis berusaha keluar dari masalah lagi
-          Babak 9: protagonis dan antagonis berperang, menyelesaikan masalahnya.
Naskah yang disebut treatment ini lebih berkembang daripada step-outline. Sudah lengkap dengan action pokok pelaku. Boleh dikatakan treatmen adalah kerangka lengkap skenario. Hanya tinggal menambah pemanis disana-sini dan dialog, maka sudah menjadi skenario.
Pada penulisan treatment harus pakai nomor. Yakni nomor kelompok adegan atau adegan-adegan disuatu tempat. Maka itu tiap nomor disertakan keterangan tempat maupun waktu. Uraian treatment berisi:
1.      Menggambarkan “kerangka skenario” lengkap tapi padat.
2.      Penuturan sudah mengacu pada urutan Tiga babak dan penataan dramatik.
3.      Uraiannya harus ringkas, komunikatif dan efektif, supaya tidak terlalu tebal.
4.      Nama orang dan tempat sudah fix, sebagaimana yang akan tampil dalam skenario.
Dengan pembuatan treatment, kita sudah bisa melakukan pemendekan atau pengembangan uraian sesuai dengan tuntutan cerita dan tuntutan penataan dramatik. Karena dengan dialognya yang panjang lebar dan sudah susah payah kita ciptakan, sulit melakukan perubahan dan juga kita merasa enggan.
Pada saat menulis treatment kita dengan leluasa merencanakan aksi pelaku yang membuat adegan menjadi betul-betul hidup, realistik dan menunjang kebutuhan cerita/dramatik.
Treatment pada dasarnya merupakan urutan isi/materi program yang akan  disajikan episode demi episode secara ringkas. Bahasa yang dipakai dalam  treatment sudah merupakan bahasa visual sehingga orang yang membacanya  akan dapat merasakan alur sajian seperti kita lihat pada monitor/layar.

4.           Tujuan Treatmen

Dari sebuah treatmen orang bisa membayangkan apa saja yang akan terlihat di layar. Dengan kata lain treatmen adalah sebuah uraian mengenai segala urutan kejadian yang akan tampak di layar televisi/video. Uraian tersebut bersifat naratif tanpa menggunakan istilah teknis, seperti ketika seseorang menceritakan kembali pertunjukan yang baru saja dinikmati. Bila sudah berhasil menyusun treatmen maka dapat dikatakan bahwa pekerjaaan dalam menyususun skenario sudah setengah jalan.

LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER (SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL)

PERTEMUAN KEDUA SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL  SMKN 1 CARIU Tahun Ajaran 2020/2021 "LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER"...