1. Pengertian
Sinopsis
Pengertian sinopsis menurut Dr. Gorys
Keraf adalah ringkasan atau summary atau précis yang paling efektif dalam
menyajikan suatu karangan yang panjang menjadi bentuk pendek.
Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, sinopsis merupakan ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya
dimunculkan bersamaan dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis
tersebut. Sinopsis secara garis besar adalah abstraksi, ringkasan atau ikhtisar
karangan.
Sinopsis adalah Alur
cerita yaitu penjelasan bagaimana alur cerita suatu drama film, suatu
film yang dijelaskan dalam bentuk tulisan yang jelas sehingga pemain maupun
penonton memahami jalannya cerita serta produsen memahami isi dari cerita
tersebut.
Dapat juga dijelakan bahwa sinopsis
adalah ringkasan cerita dari alur cerita yang panjang yang
dapat dijelaskan dengan jelas dari alur cerita tersebut. Adanya sinopsis adalah
untuk meningkatkan kemampuan seorang penulis agar lebih baik dan lebih terarah
dari alur ceritanya.
Suatu sinopsis yang
berkualitas adalah suatu rangkaian ringkasan yang singkat namun mampu
menjelaskan cerita secara keseluruhan, sehingga meski hanya singkat, orang akan
lebih mudah memahami alur cerita yang sesungguhnya.
Jangan membuat
sinopsis yang memutar balikkan cerita karena ini tentu saja akan membuat si
pembaca akan merasa bingung dengan jalannya cerita. Suatu cerita dalam film
atau drama bila dikemas secara terarah maka drama tersebut akan mudah dinikmati
oleh penontonnya. Buat start dan proses yang baik hingga ending cerita yang
jelas sehingga penonton tidak dibuat terkatung-katung.
Sinopsis
juga merupakan cerita dasar, penilaian terhadap cerita dasar sesuai dengan tujuan
produksi, dikaitkan dengan prediksi potensi dana produksi dan potensi penonton
sebagai khalayak sasaran. Prediksi dana produksi selain menyangkut jaminan arus
dana, yang tidak kalah pentingnya adalah adanya fisibilitas dalam pengembalian
modal. Mungkin ada produser yang tidak menuntut pengembalian modal, misalnya
pemerintah atau pribadi dan badan yang memiliki program sosiokultural.
Jika
didapat penyandang dana semacam ini tentunya akan menjadi berkah bagi produser.
Namun demikian tetap perlu dilakukan prediksi potensi penonton. Ini bertolak dari
kesesuaian cerita dengan kecenderungan sosiografis dan psikografis khalayak
yang akan dituju (target audience). Penilaian ini dilakukan oleh produser yang
mengenali khalayak sasarannya atau memiliki misi ideal yang ingin diwujudkannya.
Dengan kata lain, suatu cerita dapat dilihat dari sisi kesesuaian dengan motif
penonton yang akan dijadikan khalayak sasaran, atau bertolak dengan kesesuaian
idealisme kebudayaan dari produser. Sisi manapun yang menjadi dasar bertolak,
pilihan cerita tetap menggunakan kriteria enak ditonton.
Sering
orang menganggap sinopsis merupakan ringkasan cerita. Ini memang tidak salah,
tetapi belum memberikan gambaran yang relevan tentang fungsi suatu sinopsis
cerita. Sinopsis suatu cerita bukan sekadar ringkasan cerita. Lantas apa?
Sinopsis adalah usulan untuk pengembangan tema. Jadi ada tema tertentu yang
dianggap menarik, dan si penulis merasa perlu memperkembangkan sebagai cerita.
Untuk itu dia perlu memberi gambaran mengapa tema itu dianggap menarik untuk dikembangkan
sebagai cerita. Sebagaimana diketahui, tema adalah pokok pikiran yang akan
menjadi sari cerita, dan mengandung pesan moral (sesuai dengan misi penulis).
Dalam
menulis sinopsis, penulis perlu memberikan gambaran unsur-unsur dalam ceritanya
kelak yang dianggap mengandung nilai dramatik. Karenanya, dalam menulis
sinopsis, perlu dirumuskan lebih dulu tema yang mendasari cerita. Selanjutnya
tuliskan unsur-unsur yang dianggap dapat melahirkan kejadian-kejadian yang
bakal membangun suasana dramatik.
Unsur-unsur yang perlu digambarkan itu adalah:
·
Karakter
tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita.
Tokoh-tokoh
seperti apakah yang akan bertemu dalam cerita yang akan ditulis? Jika sosok tokoh
ini sudah jelas, dapat dituliskan pula:
-
Bagaimanakah
motivasi tokoh-tokoh itu?
-
Hambatan-hambatan
apakah yang dialami oleh tokoh-tokoh itu dalam memenuhi motivasinya? Apakah sebabnya
motivasi itu terhambat?
·
Kejadian-kejadian
yang dianggap dramatik dalam interaksi para tokoh dalam cerita. Tentu saja
tidak perlu menuliskan kejadian-kejadian secara detail, sebab itu disediakan
untuk treatment. Sedang di dalam sinopsis cukup menuliskan kejadian-kejadian
pokok saja, untuk meyakinkan bahwa tema itu memang menarik andaikata sudah
menjadi cerita kelak.
·
Tempat
dan waktu (masa/zaman) cerita berlangsung juga perlu dituliskan dalam sinopsis,
agar diperoleh gambaran bagaimana hubungan manusia-manusia yang diceritakan itu
dengan tempat dan masa kejadian berlangsung.
Untuk
enak ditonton, setiap cerita dituntut memiliki kekuatan dramatik. Suasana
dramatik tidak mungkin tertangkap melalui sinopsis atau cerpen. Sinopsis hanya
merupakan deskripsi tema yang ingin dijadikan cerita. Begitu pula tangga dramatik
suatu cerpen misalnya, biasanya hanya satu kali, menjelang akhir. Tangga
dramatik yang bertingkat hanya dapat ditangkap melalui novel. Namun ada
perbedaan novel dengan media audio-visual. Perbedaannya pada medium yang
digunakan, film menggunakan medium gambar dan suara. Sedangkan cerpen dan novel
menggunakan medium teks.
Karenanya
setiap produser hanya dapat membahas prediksi bagi bakal produksinya jika sudah
ada kejelasan cerita melalui treatment dan skenario. Melalui treatment dapat
diketahui suasana dan tangga dramatik cerita, sementara dari skenario dapat
diprediksi biaya dan waktu yang diperlukan untuk berproduksi.
Kalau
film yang akan digarap berdasarkan dari gagasan yang dimulai dengan penentuan
tema, maka Sinopsis merupakan pengembangan dari Dasar Cerita. Sinopsis kurang
lebih adalah ringkasan cerita yang berisi:
1.
Garis besar jalan cerita.
Meski cerita diuraikan secara ringkas, namun
harus memperlihatkan alur cerita yang jelas.
2.
Tokoh protagonis
Tokoh protagonis harus dijelaskan siapakah dia?
Apa keinginannya? Apa kejelekannya? Kelebihannya? Bagaimana membuat simpati
padanya?
3.
Tokoh antagonis.
Tokoh Antagonis harus dijelaskan siapa dia?
Kenapa dia harus menghambat tokoh protagonis? Apa alasannya? Apa kemampuannya
untuk membuat penonton antipati?
4. Tokoh
penting yang menunjang plot utama/jalan cerita utama.
Tokoh-tokoh yang penting untuk menunjang plot
utama atau alur utama. Teman Protagonis atau Antagonis. Penggambaran tokoh ini
sudah harus jelas ketika tokoh ini membuat bagian penting dalam bergulirnya
sebuah cerita.
5. Problem
Utama
Harus terlihat problem utama yang melahirkan
alur utama cerita. Problem utama itulah yang membuat sasaran perjuangan
protagonis sampai akhir.
6.
Motif utama.
Penilaian atas motif utama sejalan dengan
problem utama, yakni apakah motif utama mendorong protagonis melahirkan cerita
memang sesuai dengan problem utama yang melahirkannya.
7. Klimaks
dan Penyelesaian
Pencapaian klimaks merupakan hal yang amat
penting untuk dinilai karena klimaks adalah puncak dari tangga dramatik. Jika
diandaikan klimaks harus berada tepi tebing yang curam dan sangat berbahaya.
Alur cerita harus membawa protagonis ke arah tebing yang berbahaya!
8.
Kesimpulan
Apa yang ingin disampaikan dalam cerita harus
bisa disimpulkan dalam sinopsis. Jika dalam sinopsis belum bisa disimpulkan
maka perlu ada tambahan informasi yang jelas.
Syarat-syarat
Penyusunan Sinopsis
Dalam mempersiapkan sinopsis, hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut.
Pertama, penulis sinopsis harus sudah
selesai membaca atau menyimak karya yang akan dibuat sinopsisnya. Pastikan
sudah memahami betul inti cerita dan alurmya.
Kedua, dalam menulis sinopsis jangan lupakan
unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam karya.
Masih ingat dengan kelima unsur instrinsik
cerita?
1.
Tema.
Inti
yang menjadi dasar cerita. Dalam sinopsis, unsur ini bisa dihadirkan di awal
atau di akhir dengan mengutip tulisan dalam karya tersebut.
2.
Alur.
Nama
lainnya adalah plot, merupakan urutan jalannya cerita yang terlihat menyatu dan
terdapat hubungan sebab-akibat di dalamnya. Alur memiliki tingkatan, yaitu tahap
perkenalan masalah, penanjakkan laku, klimaks, anti klimaks, dan penyelesaian
masalah. Dalam sebuah sinopsis, alur menjadi bagian paling penting yang tidak
boleh dihilangkan karena mampu memperjelas jalannya cerita secara keseluruhan.
3.
Penokohan.
Pencitraan
tokoh atau karakter dalam cerita. Sinopsis memunculkan sang tokoh sentral dan
beberapa karakter pendukung lebih fokus agar pembaca tertarik untuk melanjutkan
menyelami karya tersebut.
4.
Latar.
Dalam
bahasa film dikenal dengan setting,
merupakan penanda waktu, suasana, tempat dan korelasi semuanya dengan cerita.
Sinopsis sedikit banyak turut menyelipkan unsur ini.
5.
Point of view atau sudut pandang tokoh adalah cara penulis
menyebutkan tokoh. Terdapat beberapa sudut pandang yang biasa dipakai, yaitu orang
pertama tunggal 'aku', orang ketiga tunggal 'dia' sebagai Yang Maha Tahu dan
campuran 'ku' dan 'dia'. Dalam sinopsis, yang dipakai biasanya adalah sudut
pandang 'dia'.
Ketiga, sinopsis harus dibuat sejujur-jujurnya, sesuai
isi ceritanya atau berdasarkan fakta karyanya. Kalau pun ingin menambah
pendapat sendiri, usahakan tidak menggunakan bahasa yang menyinggung,
mengkritik dengan pedas, dan keluar dari cerita.
Keempat, perlu diingat, sinopsis tentu sangat berbeda
dengan resensi. Sinopsis dibuat sesuai karya aslinya dengan cara membuat précis
yaitu kesimpulan atau ringkasan. Sedangkan resensi dibuat mirip sinopsis dengan
menambahkan pendapat penulis resensi mengenai kekurangan dan kelebihan isi buku
atau film. Prinsip resensi adalah untuk mengulas lebih dalam suatu karya.
Kelima, sinopsis langsung dibuat tanpa perlu diawali
dengan: "Menurut penulis..." atau "Berdasarkan pengamatan
penulis...".
Keenam, berlatihlah menulis sinopsis dengan mulai
membaca buku lalu membuat ringkasannya. Pelajari pula contoh-contoh sinopsis
yang sering ada di cover belakang buku. Atau menonton
film kemudian menceritakannya kembali dan menuangkannya ke dalam sebuah tulisan
singkat.
Metode Membaca
Dalam proses pembuatan sinopsis diperlukan tahap membaca dengan
saksama agar tulisan yang kita buat sesuai dengan fakta cerita pendek atau
novel. Membaca memiliki tujuan. Tujuan utama di sini adalah untuk mendapatkan
intisari cerita berbentuk sinopsis.
Tujuan membaca secara garis besar adalah untuk
memperoleh informasi dari suatu bacaan, memperoleh kesenangan atau hiburan,
mengetahui apa yang sedang terjadi atau sedang tren melalui membaca koran dan
buku fiksi atau non fiksi, membandingkan satu karya dengan karya lain,
memperoleh kenikmatan emosi, mendapatkan pemahaman, dan mengisi waktu luang.
Teknik membaca cepat memiliki beberapa
pendekatan, yaitu sebagai berikut.
a. Survey, melihat sekilas isi buku seperti cover buku, judul buku, lalu membuka
cepat halaman demi halaman untuk melihat sub bab dan bagian-bagian penting isi
buku.
b. Question, sambil melakukan survey, Anda bisa sekaligus
melakukan analisa terhadap isi buku seperti melontarkan
pertanyaan,"mengapa begini" dan "apa saja yang mendasari hal
tersebut".
c. Read, mulailah membaca secara keseluruhan dengan
jeda di setiap bab yang selesai dibaca. Jeda ini dilakukan untuk memperoleh
intisari bacaan.
d. Refleksi, tahap ini dilakukan dengan menceritakan
kembali ide-ide utama dalam satu bab tersebut, tentu saja dengan gaya bahaya
sendiri. Tahap refleksi bertujuan untuk memahami isi bacaan bukan sekadar tahu
dan ingat sesaat.
e. Review, ini adalah tahap dimana Anda me-recall apa yang sudah Anda baca dengan
melakukan survei kembali, yaitu melihat sekilas bagian-bagian terpenting dalam
satu bab dan bab-bab berikutnya. Review dilakukan untuk memahami isi buku
secara keseluruhan, bukan hanya per bab.
Langkah-langkah Penyusunan Sinopsis
Sinopsis yang hanya terdiri dari seperlima
bagian dari keseluruhan isi buku atau film dapat disusun berdasarkan tahapan
berikut.
·
Bacalah buku sambil menggarisbawahi ide pokok.
Setelah didapat ide pokoknya, lalu pindahkan ke dalam catatan dan mulailah
kembangkan sendiri ide pokok dengan gaya bahasa sendiri.
·
Bacalah buku per bab secara berulang-ulang.
·
Buatlah sinopsis sederhana dengan menggunakan
kalimat tunggal atau sederhana. Bila memungkinkan, gunakan kalimat majemuk yang
lebih kompleks agar bisa didapat intisari dalam satu pemahaman.
·
Bila ada kalimat yang terlalu kompleks,
sederhanakanlah agar sinopsis bisa menjadikannya lebih mudah untuk dipahami.
Bila kalimat tersebut dirasa tidak bisa disederhanakan lagi, maka ambillah agar
sesuai dengan keaslian isi buku.
·
Tokoh sentral dalam karya tersebut disebut
sebanyak beberapa kali dengan mempertimbangkan fungsinya bersama dengan tokoh
pendukung hingga menjadi satu kesatuan ide cerita yang menarik. Ingat sinopsis
adalah karya tersebut dalam bentuk ringkasan.
·
Sinopsis film dapat dibuat dengan mengandalkan
audio visual kita. Perhatikan alur cerita, tokoh-tokohnya dan detil-detil film.
Bisa jadi hal-hal simpel dalam adegan suatu film menjadi hal terpenting atau
kunci cerita. Foreshadowing
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut detail dalam film dari
hal kecil tersebut.
2. Tujuan Sinopsis
Sinopsis
memiliki arti penting dalam pembuatan skenario, yaitu sebagai pijakan. Kita
akan kesulitan membuat skenario apabila kita tidak tahu sinopsis ceritanya.
Akan sama sulitnya kita akan membuat sinopsis apabila tidak mempunyai ide
cerita.
Apabila kita membuat film bukan film lepas (FTV/layar
lebar), melainkan sinetron, maka selain menyiapkan sinopsis global, kita juga
harus menyiapkan sinopsis per episode yang tentu saja lebih detail dibanding
dengan sinopsis global.
Tujuan
utama sinopsis adalah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep,
mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan
menentukan persetujuannya. Setelah sinopsis ditulis maka sudah harus nampak
adanya: alur, isi cerita, perwatakan pemain, tempat, waktu, serta keterangan
lain yang memperjelas sinopsis.
Tujuan lain dibuatnya sinopsis adalah untuk memberikan
informasi terpenting dari sebuah karya kepada pembaca atau penikmatnya dalam
format yang lebih singkat sehingga mereka dapat dengan mudah mengetahui
intisari cerita. Sinopsis hanya dibuat sebanyak satu sampai tiga halaman.
3.
Pengertian Treatmen
Treatment adalah pengembangan jalan cerita dari sebuah
sinopsis yang di dalamnya berisi plot secara detail namun cukup padat.
Treatment bisa diartikan sebagai kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat
sketsa dari penataan konstruksi dramatik. Dalam bentuk sketsa ini kita akan
mudah memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat.
Treatment
merupakan deskripsi setiap adegan untuk menampilkan alur cerita atau uraian
ringkas secara deskriptif, bukan tematis yang dikembangkan dari sinopsis,
melainkan dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan
dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang
digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan
gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk
program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan.
Treatmen
perlu dibuat, walaupun cerita berasal dari novel yang sudah terbentuk plot dan
alur ceritanya. Dengan adanya treatment, analisis dapat dilakukan lebih tajam
dan efisien. Pertimbangannya dilakukan melalui urutan adegan yang terdapat
dalam naskah treatment, dapat berfungsi untuk:
a.
Menilai
hubungan logis rangkaian adegan dalam alur cerita
b.
Menilai
potensi tangga dramatik dari urutan adegan dalam alur cerita.
c.
Bahan
utama menyusun skenario (Adegan adalah satuan peristiwa yang memuat motif dan
tindakan manusia baik sendiri maupun dalam berinteraksi dengan manusia lain).
Dengan
kata lain, treatment akan mendeskripsikan kejadian dalam susunan logis sesuai
dengan urutan cerita. Melalui treatment dapat diikuti kejadian kejadian yang
berlangsung, sehingga dapat diketahui plot cerita. Dari sinopsis yang sudah memberikan
gambaran mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam cerita kelak, penulis
mengembangkan kejadian-kejadian untuk mewujudkan cerita yang sudah memiliki
struktur.
Dalam
suatu treatment tidak perlu dituliskan percakapan tokoh. Kecuali jika penulis
menganggap ada percakapan kunci yang sedemikian pentingnya, kalau tidak
dicantumkan orang tidak bisa menangkap plot cerita misalnya, barulah perlu menuliskan
dialog atau monolog tokoh-tokoh. Tetapi kalau masih bisa dihindari, lebih baik
tidak menuliskan dialog, agar bisa berkonsentrasi memikirkan kejadian-kejadian melalui
tindakan tokoh-tokoh cerita.
Dengan menguraikan
secara berurutan tindakan-tindakan penting, untuk memperoleh gambaran mengenai
kejadian yang dramatik. Jika penulis dapat mengimajinasikan tindakan-tindakan
yang dapat ditangkap secara visual, maka pengwujudan dalam media televisi dan
film kelak akan lebih gampang.
Sehingga
perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a.
Urutan
dalam video sudah makin jelas
b.
Sudah
kelihatan formatnya apakah dialog (bagaimana pokok dialognya) atau narasi (bagaimana
pokok narasinya),
c.
Sudah
dimulai adanya petunjuk-petunjuk teknis yang diperlukan.
Treatmen
juga merupakan pembabakan. Sebuah film umumnya terdapat tiga babak. Sinopsis
itu harus dipecah ke dalam tiga babak ini.
-
Babak
pertama sebagai pengenalan setting, tokoh, dan awal masalahnya.
-
Babak
kedua sebagai bagian berkecamuknya masalah.
-
Babak
ketiga sebagai penyelesaiannya.
Yang
tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts structure). Ada juga
yang disebut struktur sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan
dari yang tiga babak. Yang sembilan babak ini terdiri dari:
-
Babak 1:
kejadian buruk menimpa orang lain.
-
Babak 2:
pengenalan tokoh utama (protagonis).
-
Babak 3:
kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlibat/dilibatkan kepada masalah
orang lain pada babak 1.
-
Babak 4:
protagonis dan antagonis
-
Babab 5:
protagonis berusaha keluar dari masalah
-
Babak 6:
protagonis salah mengambil jalan
-
Babak 7:
protagonis mendapat pertolongan
-
Babak 8:
protagonis berusaha keluar dari masalah lagi
-
Babak 9:
protagonis dan antagonis berperang, menyelesaikan masalahnya.
Naskah yang disebut treatment ini lebih berkembang daripada step-outline.
Sudah lengkap dengan action pokok pelaku. Boleh dikatakan treatmen adalah
kerangka lengkap skenario. Hanya tinggal menambah pemanis disana-sini dan
dialog, maka sudah menjadi skenario.
Pada penulisan treatment harus pakai nomor. Yakni nomor kelompok adegan
atau adegan-adegan disuatu tempat. Maka itu tiap nomor disertakan keterangan
tempat maupun waktu. Uraian treatment berisi:
1. Menggambarkan “kerangka
skenario” lengkap tapi padat.
2. Penuturan sudah mengacu
pada urutan Tiga babak dan penataan dramatik.
3. Uraiannya harus ringkas,
komunikatif dan efektif, supaya tidak terlalu tebal.
4. Nama orang dan tempat
sudah fix, sebagaimana yang akan tampil dalam skenario.
Dengan pembuatan treatment, kita sudah bisa melakukan pemendekan atau
pengembangan uraian sesuai dengan tuntutan cerita dan tuntutan penataan
dramatik. Karena dengan dialognya yang panjang lebar dan sudah susah payah kita
ciptakan, sulit melakukan perubahan dan juga kita merasa enggan.
Pada saat menulis treatment kita dengan leluasa merencanakan aksi pelaku
yang membuat adegan menjadi betul-betul hidup, realistik dan menunjang
kebutuhan cerita/dramatik.
Treatment pada dasarnya merupakan urutan isi/materi program yang akan disajikan episode demi episode secara
ringkas. Bahasa yang dipakai dalam
treatment sudah merupakan bahasa visual sehingga orang yang
membacanya akan dapat merasakan alur
sajian seperti kita lihat pada monitor/layar.
4.
Tujuan Treatmen
Dari sebuah treatmen orang
bisa membayangkan apa saja yang akan terlihat di layar. Dengan kata lain
treatmen adalah sebuah uraian mengenai segala urutan kejadian yang akan tampak
di layar televisi/video. Uraian tersebut bersifat naratif tanpa menggunakan
istilah teknis, seperti ketika seseorang menceritakan kembali pertunjukan yang
baru saja dinikmati. Bila sudah berhasil menyusun treatmen maka dapat dikatakan
bahwa pekerjaaan dalam menyususun skenario sudah setengah jalan.