|
KIAT
MENGHADAPI KRISIS DALAM PERUSAHAAN
Oleh
Djamaludin Ancok
PENGANTAR.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh manajemen perusahaan adalah
situasi krisis yang melanda perusahaan. Berbagai contoh krisis perusahaan
adalah kasus penyedap makanan Ajinomoto yang diduga terbuat dari bahan
berasalah dari babi. Sebelumnya pernah juga terjadi krisis yang melanda
pabrik biskuit dari pabrik susu yang terkait dengan isu biskuit beracun dan
isu pengunaan lemak babi.
Kedua masalah tersebut telah berkembang menjadi isu nasional dan telah
melibatkan banyak pihak di dalam penanganannya. Implikasi dari kedua masalah
tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap perusahaan besar, tetapi juga telah
membuat perusahaan kecil dan pedagang kecil ikut merasakan akibatnya. Sekian
banyak pengangguran yang terjadi, dan sekian banyak produk yang tidak laku
dijual.
Disamping masalah yang sangat besar seperti contoh di atas, tidak jarang
perusahaan dilanda oleh masalah yang implikasinya hanya terbatas pada ruang
lingkup satu perusahaan saja. Beberapa contoh krisis yang dihadapi perusahaan
adalah :
1) masalah pencemaran lingkungan oleh pabrik.
2) masalah unjuk rasa oleh pekerja.
3) masalah produk yang tidak bisa dipasarkan.
4) masalah kericuhan dengan pemerintah dalam hal peraturan yang berkaitan
dengan izin usaha.
Tentu saja masih banyak contoh lain dari krisis yang dihadapi perusahaan.
Melihat contoh penanganan kasus lemak babi dan kasus biskuit beracun yang demikian besar akibatnya terkesan bahwa kebanyakan perusahaan belum mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan yang demikian.
Kurangnya persiapan perusahaan di dalam menghadapi kasus krisis seperti
yang dikemukakan di atas, tidak hanya melanda perusahaan di Indonesia.
Perusahaan besar di Amerikapun banyak yang tidak mempunyai progran manajemen
krisis. Dari suatu survei tentang manajemen krisis yang dilakukan di USA
walaupun para manajer mengakui bahwa krisis besar dapat melanda perusahaan
mereka, namun hanya separuh perusahaan yang disurvei yang mengatakan mereka
mempunyai ‘program manajemen krisis’(crisis management plan). Tampaknya
banyak perusahaan yang mengabaikan masalah krisis ini. Mereka baru kelabakan
an menjadi panik bilamana krisis betul-betul terjadi.
Makalah ini mencoba membahas secara sekilas masalah krisis yang mungkin melanda perusahaan. Makalah ini mencoba memberikan beberapa garis besar untuk memersiapkan ‘manajemen krisis’. DEFINISI KRISIS.
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang
dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika dipandang dari kaca mata
bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut :
LEVEL
PERKEMBANGAN KRISIS.
Suatu
krisis menurut pendapat Steven Fink (1986) dapat dikategorikan kedalam empat
level perkembangan, yakni :
1). masa
prekrisis (predromal crisis stage)
2). masa
krisis akut (acute crisis stage)
3). masa krisis
kronis (chronic crisis stage)
4). masa
resolusi krisis (crisis resolution stage)
Masa pre-krisis
Suatu
krisis yang besar biasanya telah didahului oleh suatu pertanda bahwa bakal
ada krisis yang terjadi. Masa terjadinya atau munculnya pertanda ini disebut
masa pre-krisis.
Seringkali
tanda-tanda ini oleh karyawan yang bertugas sudah disampaikan kepada pejabat
yang berwenang, tetapi oleh pejabat yang berwenang tidak ditanggapi. Oleh
karena sipelapor merasa laporannya tidak ditanggapi dia ikut diam saja. Bila
keadaan yang lebih buruk terjadi dia lebih baik memilih diam daripada laporan
dia tidak ditanggapi.
Kasus
terjadinya kebocoran gas racun pabrik Union Carbide di Bhopal, India
(terkenal dengan nama tragedy Bhopal) yang merenggut lebih dari 2000 jiwa,
telah diantisipasi oleh petugas. Kebocoran yang terjadi di pabrik Union
Carbide di tempat lain tidak diteruskan ke pabrik di Bhopal. Laporan yang
tidak disampaikan itu menyebabkan terjadinya malapetaka tersebut.
Cukup
sering terjadi, malapetaka yang besar sudah deketahui gejalanya oleh orang
yang berwenang, tetapi didiamkan saja tanpa diambil tindakan. Kalau sekiranya
tindakan koreksi segera diambil maka kejadian yang akibatnya fatal tersebut
dapat dihindarkan. Mengatasi krisis yang paling baik adalah disaat pre-krisis
ini terjadi.
Seringkali
suatu krisis sudah diantisipasi bakal terjadi, namun tidak ada cara untuk
menghindarinya. Misalnya kasus kapal di laut yang akan dilanda oleh topan,
dan tidak ada jalan keluar kecuali menghadapi topan tersebut. Namun oleh
karena sudah diantisipasi terjadinya, sang nakhoda akan lebih siap menghadapi
krisis tersebut. Misalnya mengarahkan kapalnya ke batu karang. Dari contoh
ini kita dapat menarik pelajaran bahwa menghadapi krisis yang tidak
terelakkan bila kita sudah tahu, kita akan lebih siap.
Masa
Krisis Akut (Acute stage).
Bila
pre-krisis tidak dideteksi dan tidak diambil tindakan yang sesuai maka masa
yang paling ditakuti akan terjadi. Kasus biskuit beracun setelah korban
berjatuhan, misalnya cepat sekali mendapat sorotan media massa sebagai suatu
berita yang hangat dan masuk halaman pertama. Keadaan yang demikian akan
menimbulkan suasana yang paling kritis bagi perusahaan, khususnya bagi
perusahaan yang produknya tercemar racun. Informasi tersebut berkembang
dengan cepat dikalangan masyarakat dari mulut ke mulut. Setelah itu
berkembang masalah baru berupa ‘rumor’ bahwa banyak makanan lain yang ikut
tercemar.
Beberapa
bahan makanan yang dilaporkan tercemar racun adalah minyak goreng, bakso,
bakmi, rokok, dan beberapa jenis jajanan pasar. Memang isu keracunan ini akan
merembet ke makanan yang sejenis Hal ini disebut dengan proses generalisasi.
Fenomena generalisasi ini juga terjadi pada pabrik yang mempunyai cabang di
tempat lain, atau pabrik yang memproduksi barang yang hampir sama.
Pada masa
krisis akut ini tugas utama perusahaan adalah menarik produk secepat mungkin
agar tidak ada lagi korban yang menjadi korban produk. Pada masa ini tugas
perusahaan bukanlah diprioritaskan untuk mencari penyebab kenapa masalah itu
terjadi. Tetapi tugas pokoknya adalah mengontrol semaksimal mungkin agar
jatuhnya korban dapat ditekan.
Masa
krisis akut ini jika dibandingkan dengan masa krisis kronis jauh lebih
singkat. Tetapi masa akut adalah masa yang paling menegangkan dan paling
melelahkan anggota tim yang menangani krisis.
Masa
kronis krisis.
Masa ini
adalah masa pembersihan akibat dari krisis akut. Masa ini adalah masa
‘recovery’, masa mengintrospeksi kenapa krisis sampai terjadi. Masa ini bagi
mereka yang gagal total menangani krisis adalah masa kegoncangan manajemen
atau masa kebangkrutan perusahaan. Bagi mereka yang bisa menangani krisis
dengan baik ini adalah masa yang menenangkan.
Masa
kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis. Masa kronis adalah
masa pengembalian kepercayaan publik terhadap perusahaan.
Masa kesembuhan dari krisis.
Masa ini
adalah masa perusahaan sehat kembali seperti keadaan sediakala. Pada fase ini
perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan
lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
KIAT
MENGHADAPI KRISIS.
Upaya
menghadapi krisis tidak jauh berbeda dengan upaya seseorang menghadapi suatu
penyakit ganas, yaitu upaya preventiv dan upaya kuratif.
Upaya preventif.
Upaya yang
paling baik dalam mengatasi terjadinya krisis adalah upaya yang sifatnya
preventif. Pada upaya preventif beberapa hal yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
Menumbuhkan
kepercayaan masyarakat pada perusahaan.
Bila
masyarakat memiliki kepercayaan terhadap suatu perusahaan yang menghasilkan
produk yang dikonsumsi oleh mereka, biasanya masyarakat tidak mudah termakan
isu yang disebarkan oleh orang tertentu yang ingin merugikan perusahaan.
Bila
terjadi kasus nyata suatu produk menimbulkan korban akibat sabotase dengan
cara memasukkan racun atau barang berbahaya lainnya, adanya kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan akan memudahkan manajemen krisis. Hal seperti
ini pernah terjadi pada perusahaan Johnson & Johnson yang memproduksi
obat pusing kepala merk ‘Tylenol’ di Amerika Serikat. Adanya kepercayaan
publik bahwa tidak mungkin korban jatuh karena kelalaian pabrik dalam membuat
obat telah menyelamatkan perusahaan Johnson & Johnson dari krisis yang
berkepanjangan.
Pembentukan
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dapat ditempuh dengan cara membina
hubungan baik dengan media-massa. Dengan adanya hubungan baik ini media-massa
akan memberikan informasi yang baik tentang perusahaan. Selain itu adanya
hubungan baik dengan media-massa akan menolong bilamana suatu ketika terjadi
krisis melanda perusahaan. Sorotan media-massa terhadap krisis yang terjadi
tidak terlalu diwarnai oleh publikasi yang merugikan.
Kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh bagaimana ‘ímage’
perusahaan dimata masyarakat. Bila masyarakat melihat bahwa banyak keuntungan
yang diberikan perusahaan kepada masyarakat, misalnya sumbangan untuk dana
pemeliharaan kesehatan rakyat miskin, pembuatan rumah jompo, yatim piatu,
beasiswa dan hal lain yang bersifat sosial, maka ‘image’ perusahaan dimata
masyarakat akan baik. Selain itu membina hubungan dengan tokoh masyarakat,
pimpinan informal (bukan bagian birokrasi pemerintahan) seperti pemuka agama,
akan sangat membantu pembentukan image yang baik. Image baik ini sangat
memperkuat daya perusahaan di dalam tahan menghadapi krisis. Masyarakat tidak
mudah termakan isu yang merugikan perusahaan.
Image
perusahaan yang baik dapat pula dibentuk dengan menciptakan ‘rule of conduct’
bagi setiap karyawan perusahaan yang selalu ramah dan mudah menolong dalam
berhubungan dengan masyarakat. Tentu saja ‘rule of conduct’ yang baik ini
akan besar kemungkinannya untuk dilakukan para karyawan bila perusahaan
memberikan suasana kerja yang menyenangkan bagi para karyawan.
Selain itu
upaya preventif dapat pula dilakukan dengan membina hubungan yang baik dengan
aparat pemerintah. Aparat pemerintah memegang posisi sentral di dalam
membantu mengatasi problem perusahaan. Larangan terhadap produk atau himbauan
agar masyarakat tidak mudah termakan isu biasanya dilakukan oleh pemerintah.
Khususnya bagi perusahaan di negara berkembang adalah sangat penting untuk
membina hubungan yang baik ini, karena di negara berkembang peranan
pemerintah dalam kegiatan kehidupan masyarakat sangat dominan. Hampir semua
aspek kehidupan sangat dipengaruhi oleh pemerintah. Peranan aparat pemerintah
di lini bawah, seperti ketua RT, RW, RK, lurah, camat dan bupati sangat besar
artinya di dalam meredakan isu bila suatu ketika terjadi krisis yang melanda
produk perusahaan. Namun seringkali bagian pemasaran produk (salesman) kurang
memperhatikan arti penting pembinaan hubungan pribadi dengan para tokoh
masyarakat ini.
Satu
bagian penting dari benteng pertahanan di dalam menghadapi krisis adalah lini
terbawah mata rantai pemasaran. Bila produk yang dijual adalah produk seperti
rokok, roti, sabun, dan barang keperluan sehari-hari, mata rantai terbawah
ini adalah pengecer seperti toko, warung dan dan pedagang asongan. Bila
perusahaan dapat membina hubungan baik dengan lini bawah ini, maka sangat
besar kemungkinan mereka akan ikut membantu mengurangi permasalahan akibat
krisis. Sebagai contoh, termakannya masyarakat oleh isu rokok yang mengandung
racun, akan dapat dinetralisir dengan cara sipenjual rokok mengisap rokok
yang diduga beracun.
Cukup
sering terjadi bagian pemasaran suatu perusahaan tidak mempunyai catatan yang
lengkap dan rinci tentang kemana saja produk tersebut dijual. Sebaiknya
catatan lengkap yang berupa nama dan alamat toko/warung yang menjual dicatat
serinci mungkin. Tugas mencatat serinci mungkin di lakukan oleh agen
(distributor) yang ditunjuk. Catatan yang rinci tentang pengecer barang ini
akan sangat dibutuhkan bila ada krisis. Dalam kasus produk tercemar racun,
penarikan barang dari pasaran akan dapat cepat dilakukan untuk menghindari
bertambahnya korban.
Usaha
preventif yang lain adalah menyiapkan ‘program manajemen krisis’. Dalam
situasi normal perlu ada tim khusus yang dibentuk yang akan menangani krisis
bila suatu ketika krisis terjadi. Anggota tim krisis ini diambil dari
beberapa unsur, bidang produksi, pemasaran, public relation, dan bagian lain
yang kiranya terkait. Beberapa perusahaan maju di USA bahkan memiliki ruang
khusus yang dipersiapkan untuk Tim Manajemen Krisis. Di dalam ruangan ini
dipersiapkan segala informasi tentang apa yang harus dilakukan bila suatu
krisis terjadi, siapa orang/perusahaan/pejabat yang harus dihubungi lengkap
dengan nomor tilpon, alamat, dan tempat yang paling mudah dihubungi. Tim yang
seperti ini misalnya sudah dimiliki oleh perusahaan penerbangan didalam
menghadapi krisis, baik itu berupa kecelakaan pesawat, pembajakan dll.
Di saat
tidak ada krisis terjadi, Tim ini biasanya melakukan permainan simulasi
menghadapi krisis. Permainan simulasi ini dibutuhkan untuk untuk melatih
kecepatan bertindak bila krisis betul-betul terjadi. Permainan simulasi ini
sering dilakukan oleh angkatan bersenjata di beberapa negara. Di masa damai
mereka bermain latihan perang-perangan unrtuk melatih kemampuan menghadapi
perang yang sebenarnya. Di Amerika Serikat sering dilakukan latihan bahaya kebakaran
di gedung bertingkat. Maksudnya adalah untuk membiasakan para penghuni
bertingkat untuk menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran yang sesungguhnya.
Permainan
simulasi ini perlu dilakukan tidak hanya sekali. Hal ini dimaksudkan agar
kesiapan dan kesadaran bahwa krisis sewaktu-waktu dapat terjadi selalu dalam
pikiran pemegang keputusan di perusahaan.
Upaya
Kuratif.
Pada saat
krisis melanda perusahaan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan di dalam
penanganan krisis. Hal pertama adalah mengidentifikasi krisis kemudian
diikuti oleh mengisolasi krisis dan yang terakhir adalah menangani krisis.
Mengidentifikasi Krisis.
Pengidentifikasian
krisis ini sangat penting dengan alasan sebagi berikut. Pertama, tanpa adanya
kejelasan faktor yang merupakan krisis maka akan sulit untuk mengatasi
krisis. Kedua dengan mengidentifikasi factor yang menjadi aspek penting
krisis, perusahaan dapat mengetahui apakah krisis tersebut dapat ditangani
atau tidak. Daripada membuang energi untuk menangani krisis yang jelas bakal
tanpa memberikan hasil, perusahaan dapat melihat ke hal lain yang kiranya
dapat mengurangi dampak krisis.
Harus
disadari bahwa di kala perusahaan terkena krisis, banyak problem lain yang
menyertainya yang merupakan krisis-krisis lainnya. Oleh karena itu krisis
yang utama tersebut harus didentifikasi.
Untuk
mengisolasi ‘krisis utama’ dari krisis lainnya langkah berikut dapat
dilakukan. Pertama masing-masing anggota Tim Krisis Manajemen menanyakan
kepada diri sendiri beberapa pertanyaan berikut ini. Selanjutnya pertanyaan
tersebut dinilai dengan menggunakan bantuan skala pengukur ‘Crisis Impact
Values’ seperti contoh berikut.
1. Adakah
kemungkinan krisis akan berkembang semakin serius bila tidak diambil tindakan
apa-
apa?
1
2 3
4
5
6
7
8
9 10
Tidak berkembang
Sangat berkembang
Berapa besar kemungkinan di atas terjadi ?
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Sangat tidak
mungkin
Sangat mungkin
2. Apakah
krisis akan menarik pihak luar (seperti media-massa, perubahan lain yang
merupakan saingan, atau pemerintah) yang justru merugikan perusahaan ?
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Tidak menarik pihak luar
Sangat
menarik pihak luar
Berapa besar
kemungkinan diatas terjadi ?
1
2
3 4
5
6
7
8
9 10
Sangat tidak
mungkin
Sangat mungkin
3. Apakah
krisis akan menganggu kegiatan perusahaan secara serius ?
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Sangat tidak
mengganggu
Sangat mengganggu
Berapa besar kemungkinan diatas terjadi ?
1
2
3
4 5 6
7
8
9 10
Sangat tidak
mungkin
Sangat mungkin
4. Apakah
keadaaan akan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan ?
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Sangat tidak kehilangan kepercayaan
Sangat kehilangan kepercayaan
Berapa besar kemungkin diatas terjadi ?
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Sangat tidak
mungkin
Sangat mungkin
5. Apakah
keadaan akan merusak sendi-sendi perusahaan? (tidak hanya dalam artian
keuangan, tetapi juga menurunnya semangat kerja karyawan).
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Sangat tidak
merusak
Sangat merusak
Berapa besar kemungkinan diatas terjadi
?
1
2
3
4 5
6
7
8
9 10
Sangat tidak
mungkin
Sangat mungkin
Selanjutnya
skor untuk masing-masing pertanyaan harus dikalikan dengan skor kemungkinan
hal tersebut akan terjadi. Misalkan skor untuk pertanyaan satu adalah 7 dan
skor kemungkinan terjadi adalah 9, maka skor perkalian untuk pertanyaan satu
menjadi 7 x 9 = 63
Untuk
membuat kemampuan skala ‘Crisis Impact Value’ lebih baik tingkat presisinya,
perlu pula pembobotan terhadap tingkat keseriusan dampak krisis.
Masing
anggota Tim akan mempunyai skor total, yang merupakan jumlah perkalian skor
pertanyaan, skor kemungkinan, dan skor bobot masing-masing
pertanyaan. Tingkat keseriusan krisis adalah skor rata-rata dari skor total
yang diberikan oleh beberapa anggota Tim.
Mengisolasi krisis.
Krisis
pada dasarnya sama dengan suatu penyakit menular. Bila seseorang terserang
penyakit menular, dia harus diisolir dari orang-orang lainnya. Agar krisis
tidak terlalu menganggu jalannya perusahaan, maka krisis harus ditangani oleh
orang lain. Bila yang menangani krisis adalah seseorang yag sangat sibuk dan
memegang jabatan vital di perusahaannya, maka kesibukannya menangani krisis
akan mengganggu fungsi utamanya menjalankan perusahaan. Jika pemegang jabatan
vital harus menangani krisis maka tugasnya harus dialihtugaskan kepada orang
lain.
Menangani
krisis menuntut waktu, tenaga, dan pikiran yang amat besar. Krisis walaupun
melanda perusahaan, tetapi individu di dalam perusahaan lah yang
menghadapinya. Bagaimanapun menghadapi krisis perlu adanya persiapan mental
dan fisik. Di saat krisis berada dalam masa akut, seringkali anggota tim
harus bekerja keras, kurang tidur, dan dilanda stress yang amat sangat.
Keadaan lelah, kurang tidur dan stress yang tinggi ini akan menyebabkan
keputusan yang diambil dalam menangani krisis menjadi kurang didasari oleh
logika yang tepat. Oleh karena itu sangat disarankan agar anggota Tim krisis
dipilih orang-orang yang kuat menghadapi stress dan semua kelelahan ini. Bila
anggota Tim tidak kuat dengan ‘pressure’ situasi yang begitu besar, baik dari
media-massa maupun pihak lain, sebaiknya dia diganti dengan anggota yang
lebih kuat. Selain itu anggota Tim perlu menyisihkan waktu untuk rileks guna
menurunkan kelelahan dan stress. Bila seseorang harus menangani krisis
disamping menjalankan fungsi vitalnya menjalankan perusahaan, sangat besar
kemungkinan semuanya akan menjadi kacau.
Krisis tidak terpecahkan dan jalan
perusahaan menjadi kacau. Agar keadaan seperti ini tidak terjadi, beberapa
perusahaan yang terkena krisis di Amerika (misalnya Johnson & Johnson
yang memproduksi Tylenol obat pusing kepala) hanya menugaskan sejumlah kecil
staf perusahaan untuk menjadi angota Tim yang menangani krisis. Sedangkan
sejumlah besar staf lainnya melaksanakan kegiatan perusahaan sehari-hari. Tim
ini selalu mengkomunikasikan kepada staf lainnya apa-apa yang terjadi di
dalam penanganan krisis. Perusahaan Procter & Gamble di USA diwaktu
menangani kasus produk pembalut wanita yang menimbulkan penyakit menugaskan
Tim khusus untuk menangani krisis. Anggota Tim ini dibebas-tugaskan dari
pekerjaannya sehari-hari. Selain itu untuk mengatasi kemungkinan seperti ini,
banyak perusahaan di Amerika Serikat menggunakan jasa konsultasi ‘manajemen
krisis’.
Menangani krisis
Bila Tim
manajemen krisis sudah dibentuk dan sudah berhasil mengidentifikasikan
krisis, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk menentukan
tindakan apa yang harus diambil.
Untuk
membuat keputusan yang tepat diperlukan informasi yang lengkap dan teknik
pengambilan keputusan yang baik, serta sikap mental yang mendukung. Oleh
karena itu sangat diperlukan pengetahuan yang memadai dalam hal teknik
pengambilan keputusan. Pengalaman yang diperoleh melalui training
‘pengambilan keputusan’ akan sangat bermanfaat di dalam menghadapi krisis.
Begitu
cepatnya perubahan terjadi di masa krisis, pengambilan keputusan pun berada
dalam suasana yang mudah pula berubah. Di masa krisis memang keputusan yang
dibuat harus fleksibel sehingga dapat mengakomodasi keadaan. Perlu diingat
bahwa menangani krisis adalah menangani keputusan dengan cara yang baik.
Di masa
krisis, sering terjadi perusahaan mendapat sorotan negatif dari media masa.
Ketertutupan akan media masa akan membuat perusahaan semakin menjadi sorotan.
Upaya menghindari media masa akan menimbulkan kesan bahwa perusahaan
menyembunyikan sesuatu. Hal ini akan merugikan ‘image’ perusahaan di mata
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya keterbukaan dan kejujuran tim
krisis di dalam memberikan informasi tentang hal-hal yang terjadi .
Agar
pemberian informasi kepada media masa menguntungkan pihak perusahaan, sangat
dianjurkan untuk menunjuk seorang juru bicara yang bisa tenang menghadapi
pertanyaan dari pihak wartawan. Selain itu apa-apa yang perlu dikomunikasikan
perlu dibicarakan lebih dahulu agar tidak menimbulkan kerugian. Keterlibatan
pakar komunikasi, psikolog, dan ahli di bidang ‘public relations’ sangat
disarankan dalam penyusunan informasi yang akan disampaikan kepada media
masa.
|
Rabu, 13 Januari 2016
KRISIS DALAM PERUSAHAAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER (SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL)
PERTEMUAN KEDUA SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL SMKN 1 CARIU Tahun Ajaran 2020/2021 "LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER"...
-
PERTEMUAN KEDUA SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL SMKN 1 CARIU Tahun Ajaran 2020/2021 "LOGIKA DAN ALGORITMA KOMPUTER"...
-
A. Efek Media Media massa secara teoretis memiki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, nam...
-
Fungsi dan Peran Naskah dalam Program Audio Visual Produksi sebuah program audio visual selalu dimulai dari ide atau gagasan yang kemud...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saatnya berkomentar