Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Communication)
oleh: Eka Lasmawati (Fikom)
A. Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Konteks interpersonal terdiri atas beberapa sub konteks yang terkait. Peneliti komunikasi interpersonal telah mempelajari mengenai keluarga (segrin dan flora 2005), pertemanan (chen dan sias 2001), dll.
R.Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi Interpersonal menuntut berkomunikasi dengan orang lain.
Model komunikasi interpersonal merupakan kelanjutan dari komunikasi intrapersonal. Unsur-unsur tambahan dalam komunikasi interpersonal adalah pesan dan isyarat perilaku verbal. Dengan demikian bentuk dan pola komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih. Sangat dipengaruhi oleh hasil komunikasi intrapersonal masing-masing orang.
Menurut Berlund komunikasi interpersonal diartikan sebagai pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.
Komunikasi interpersonal adalah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Maksud dari proses ini, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus.
Menurut Joseph A. Devito, komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal dinilai paling baik dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap muka dimana antara komunikator dan komunikan saling terjadi kontak pribadi, pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan, sehingga akan ada umpan balik yang seketika (perkataan, ekspresi wajah, ataupun gesture). Komunikasi inilah yang dianggap sebagai suatu teknik psikologis manusiawi.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal (antarpribadi) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi dalam jarak dekat, mengirim dan menerima pesan secara spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
B. Teori Komunikasi Interpersonal
1) Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) Theory
Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) dikemukakan oleh William C. Schutz (1958). Teori ini berkonsentrasi pada tiga kebutuhan interpersonal yaitu inklusi (inclusion), kontrol (control), dan afeksi (affection).
Schutz berpendapat bahwa orang mulai berhubungan dalam rangka untuk memenuhi satu atau lebih dari kebutuhan.
Teori ini memiliki kesinambungan dari yang diuraikan oleh Cragan dan Wright bahwa ada dua dimensi interpersonal yang mempengaruhi keefektifan, yaitu: kebutuhan interpersonal dan proses interpersonal yang meliputi keterbukaan (disclosure), percaya, dan empati.
Teori ini berawal dari minat Schutz terhadap pembentukan kelompok-kelompok kerja yang efektif. Pengamatan yang dilakukan Schutz sangat dipengaruhi oleh karya-karya Bion (1949) dan Redl (1942) sehingga tidak mengherankan teori yang diungkapkan oleh Schutz sangat berbau psikoanalisis.
Ide pokok dari FIRO adalah bahwa setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara tertentu dan cara ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilakunya dalam hubungan dengan orang lain.
Asumsi dasar dari teori ini adalah suatu individu terdorong untuk berhubungan dengan orang lain karena didasari oleh beberapa hal, yaitu :
· Kebutuhan antarpribadi untuk Inklusi
Yaitu kebutuhan untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain, sehubungan dengan interaksi dan asosiasi. Tingkah laku inklusi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kepuasan individu. Misalnya keinginan untuk asosiasi, bergabung dengan sesama manusia, dll.
· Kebutuhan antarpribadi untuk kontrol
Adalah kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi yang memuaskan dengan orang lain berhubungan dengan kontrol dan kekuasaan. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh atau tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol dan kekuasaan. Tingkah laku kontrol yang positif, yaitu: mempengaruhi, mendominasi, memimpin, mengatur. Sedangkan tingkah laku kontrol yang negatif, yaitu: memberontak, mengikut, menurut.
· Kebutuhan antarpribadi untuk afeksi
Yaitu kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain sehubungan dengan cinta dan kasih sayang. Afeksi selalu menunjukkan hubungan antara dua orang atau dua pihak.
Tingkah laku afeksi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kebutuhan antarpribadi akan afeksi. Tingkah laku afeksi menunjukkan akan adanya hubungan yang intim antara dua orang dan saling melibatkan diri secara emosional. Afeksi hanya akan terjadi dalam hubungan antara dua orang (diadic – Frits Heider, 1958). Tingkah laku afeksi yang positif: cinta, intim/akrab, persahabatan, saling menyukai. Tingkah laku afeksi yang negatif: kebencian, dingin/tidak akrab, tidak menyukai, mengambil jarak emosional.
2) Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial dicetuskan oleh John Thibaut dan Harold Kelley yang mengemukakan bahwa seseorang mengevaluasi hubungan dengan orang lain. Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan mempengaruhi kontribusi orang lain. Teori ini memandang hubungan antarpersonal sebagai suatu transaksi dagang, maksudnya adalah hubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
Teori pertukaran sosial didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang didapatkan dengan meneruskan hubungan tersebut.
Pengorbanan adalah elemen dari sebuah hubungan yang memiliki nilai negatif bagi seseorang. Sedangkan penghargaan adalah elemen dalam sebuah hubungan yang memiliki nilai positif.
Para teoritikus pertukaran sosial berpendapat bahwa semua orang menilai hubungan mereka dengan melihat pengorbanan dan penghargaan. Semua hubungan membutuhkan waktu dan partisipannya.
Sudut pandang pertukaran sosial berpendapat bahwa orang menghitung nilai semua keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterima (Monge & Contractor, 2003).
Asumsi-asumsi Teori Pertukaran Sosial mengenai sifat dasar manusia:
· Manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman
· Manusia adalah makhluk rasional
· Standar yang digunakan mausia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya.
Asumsi-asumsi Teori Pertukaran Sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan:
· Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan
· Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses
3) Teori Pelanggaran Harapan (Expectancy Violation Theory)
Judee Burgoon (1978) pertama kali merancang Teori Pelanggaran Harapan untuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan ruang pribadi selama interaksi komunikasi interpersonal.
Teori Pelanggaran Harapan menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku non verbal orang lain. Burgoon berargumen bahwa perubahan tak terduga yang terjadi dalam jarak perbincangan antara para komunikator dapat menimbulkan suatu perasaan tidak nyaman atau bahkan marah dan sering kali ambigu.
Tulisan awal Burgoon (1978) mengenai Teori Pelanggaran Harapan mengintegrasikan kejadian-kejadian khusus dari komunikasi non verbal yaitu ruang personal dan harapan orang akan jarak ketika perbincangan terjadi. Karena ruang personal merupakan konsep inti dari teori ini.
Studi tentang penggunaan ruang dan jarak dalam berkomunikasi atau lebih populer disebut dengan Proksemik sebenarnya telah dikembangkan oleh Edward T. Hall sejak tahun 1960-an.
Dalam teorinya, Hall membedakan empat macam jarak yang menurutnya mengambarkan ragam jarak komunikasi yang diperbolehkan dalam kultur Amerika yakni jarak intim (0 – 18 inci), jarak pribadi (18 inci – 4 kaki), jarak sosial (4 -10 kaki), dan jarak publik (lebih dari 10 kaki).
Terkait dengan keempat macam jarak tersebut kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:
Apa yang akan terjadi ketika seseorang menunjukkan tingkah laku yang mengejutkan atau diluardugaan? atau bagaimana persepsi seseorang terhadap tingkah laku yang mengejutkan tersebut bila dikaitkan dengan dayatarik antarpribadi?. Berawal dari pertanyaan semacam itulah kemudian Burgoon meneliti perilaku komunikasi masyarakat Amerika yang menghantarkannya pada penemuan sebuah teori yang kemudian dikenal sebagai Teori Pelanggaran Harapan.
Asumsi dasar Teori pelanggaran Harapan yaitu:
· Harapan mendorong terjadinya interaksi antar manusia.
Asumsi ini menyatakan bahwa orang memiliki harapan dalam interaksinya dengan orang lain. Dengan kata lain, harapan mendorong terjadinya interaksi. Harapan dapat diartikan sebagai pemikiran dan perilaku yang dinatisipasi dan disetujui dalam percakapan dengan orang lain. Oleh karenanya, termasuk didalam harapan ini adalah perilaku verbal dan non verbal seseorang.
· Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari.
Asumsi ini menyatakan bahwa orang mempelajari harapannya melalui budaya secara luas dan juga individu-individu dalam budaya tersebut. Individu-individu dalam sebuah budaya berpengaruh dalam mengkomunikasikan harapan.
· Orang membuat prediksi mengenai perilaku non verbal.
Asumsi ini terkait dengan prediksi yang dibuat oleh orang mengenai komunikasi non verbal. Pernyataan awal Teori Pelanggaran Harapan berhubungan secara spesifik pada perilaku non verbal. Burgoon memperluas pemahaman awal Teori Pelanggaran Harapan melalui ruang personal ke area-area lain dalam komunikasi non verbal, termasuk sentuhan dan postur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saatnya berkomentar